Kamis, 29 Agustus 2019

Latihan cara menghitung harga pokok penjualan kelas XII tgl 29 agustus 2019

Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan dan Bedanya dengan Harga Jual

Sebagai pebisnis pemula, Rudi tak mengerti mengapa ia terus menerus mengalami kerugian dalam sejak pertama kali ia berdagang. Meskipun kemudian ada keuntungan, untung yang ia dapatkan sangat tipis sehingga tak sesuai dengan margin yang ia harapkan. Padahal menurutnya, ia sudah mengambil margin keuntungan cukup besar bila ditilik dari modal yang ia keluarkan. Namun mengapa perhitungan keuntungan selalu meleset dari yang ia harapkan?
Lalu apa yang salah? Apakah Rudi melakukan salah kelola terhadap bisnis dagangnya? Seorang rekan kemudian mencoba menganalisa apa yang keliru dari perhitungan Rudi dalam berdagang. Ternyata, setelah sang rekan menyelidiki dengan seksama, Rudi memang telah melakukan kekeliruan dalam menghitung Harga Pokok Penjualan atau HPP. Ketika rekan tersebut mengkonfirmasikan hal ini kepada Rudi yang masih pemula, ia kemudian berkata :

“Lho, bukankah Harga Pokok Penjualan tersebut sama dengan Harga Penjualan?”

Menentukan Harga Pokok Penjualan

Beberapa pebisnis pemula memang masih mengalami kerancuan antara Harga Pokok Penjualan dan Harga Penjualan. Harga Pokok Penjualan sendiri disebut juga dengan Cost of Goods Sold (COGS), yaitu perhitungan yang mengacu pada seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang dijual.

Untuk melihat berapa keuntungan secara akurat, seorang pebisnis harus memperhitungkan secara seksama berbagai biaya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, serta biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk menunjang bisnis tersebut. Dalam laporan laba rugi, HPP muncul pada laporan sebagai biaya.

Sebagai pemula, Rudi harus memahami bahwasanya Harga Pokok Penjualan tidak sama dengan Harga Penjualan. Mengapa demikian? Karena pada perhitungan HPP, untuk menentukan total harga Rudi harus memperhitungkan total biaya yang timbul dari kegiatan bisnis tersebut. Sedangkan pada harga jual, selain menentukan total harga, Rudi juga harus memperhitungkan jumlah dari barang yang akan ia jual.

Untuk memudahkan dalam memahami HPP, maka dapat dilihat pada contoh berikut :

Sebuah Perusahaan Kayu memiliki data

-Persediaan dagangan awal : Rp.15.000.000
-Pembelian : Rp.55.000.000
-Beban Angkut Pembelian Barang : Rp.1.500.000
-Retur Pembelian : Rp.2.500.000
-Potongan Pembelian : Rp.2.000.000
-Persediaan barang dagangan (akhir) : Rp.5.500.00

Perhitungan HPP

Pertama, kita hitung dahulu pembelian bersih yaitu :

(Rp.55.000.000 + Rp1.500.000 (beban angkut)) – (Rp.2.500.000 (retur pembelian) + Rp.2.000.000 (Potongan pembelian))
= Rp. 56.500.000 – Rp.4.500.000
= Rp.52.000.000

Kedua kita hitung barang yang tersedia untuk dijual, yaitu :

Rp.52.000.000 (pembelian bersih) + Rp.15.000.000 (persediaan dagangan awal)
= Rp.67.000.000

Ketiga kita hitung Harga Pokok Penjualan menjadi

Rp.67.000.000 – Rp.5.500.000 (persediaan barang dagangan akhir) = Rp.61.500.000

Menentukan Harga Jual

Harga jual adalah besaran harga yang dibebankan kepada konsumen. Ada dua cara untuk menentukan harga jual, yaitu :

1. Cost-plus pricing method

Yaitu menentukan harga jual per unit produk dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk margin. Margin keuntungan biasanya berupa persentase. Misalnya jika Rudi menghendaki keuntungan sebesar 10% atau 15%, maka Rudi harus menambahkan margin ke dalam perhitungan, yang diambil dari total biaya yang telah dikeluarkan.

Rumus :

Biaya total + margin = Harga Jual

Contoh :

Rudi mendapatkan order sebanyak 100 buah pesanan gelang kayu. Biaya yang Rudi keluarkan untuk memproduksi gelang tersebut adalah sebesar Rp. 3.000.000.

Rudi menentukan bahwa ia menginginkan keuntungan dengan margin sebesar 10%, maka perhitungan menjadi :

Rp.3.000.000 x Rp.10% = Rp.300.000

Harga jual = Rp.300.000 / 100 = Rp.3000

Sehingga untuk mendapatkan margin keuntungan sebesar 10%, maka Rudi harus menjual gelang kayu tersebut kepada konsumen dengan harga tiga ribu rupiah.

2. Penetapan Harga Mark Up

Yaitu menentukan harga jual per unit produk dengan menentukan kelebihan harga dari harga dasar tiap produk untuk mendapatkan keuntungan. Seperti namanya, penetapan harga mark up adalah berupa nominal. Misalnya jika Rudi ingin mendapatkan keuntungan sebesar Rp.50.000 per item produk yang dijualnya, maka ia tinggal menambahkan harga mark up tersebut di akhir ketika sudah diketahui harga dasarnya.


Selasa, 27 Agustus 2019

Materi tentang media promosi kelas XII tgl 27 agustus 2019


Media Sosial sebagai Media Promosi Masa Kini


Diperbarui: 15 Juli 2018   01:10

Media sosial atau yang lebih dikenal dengan istilah jejaring sosial atau dalam KKBI disebut sebagai Media Daring merupakan bagaian dari media baru. Didefinisikan sebagai media daring dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, menciptakan isi yang meliputi, blog, forum daring, jejaring sosial, wiki, dan dunia virtual.
Media baru merupakan sebuah nama yang di sandangkan pada media sosial karena media ini berbeda dari media yang ada sebelumnya seperti majalah, televisi, dan radio. Media seperti dijelaskan diatas tergolong sebagai media lama yang kini hamper pasti perlahan lahan akan digantikan dengan media baru yang lebih mendapatkan tempat di hati masyarakat
Ardianto mengungkapkan bahwa media sosial, disebut jejaring sosial online bukan media massa online, karena media sosial memiliki kekuatan sosial yang sangat besar yang sangat mempengaruhi opini publik yang berkembang di masyarakat. Penggalangan dukungan masaa dapat dengan mudah di lakukan hanya dengan menggerakkan jari melalui media sosial ketimbang menyebarkannya orang ke orang
Media sosial merupakan alat promosi bisnis yang efektif karena dapat diakses oleh siapa saja, sehingga jaringan promosi bisa lebih luas. Media sosial menjadi bagian yang sangat diperlukan oleh pemasaran bagi banyak perusahaan dan merupakan salah cara terbaik untuk dapat menjangkau luasnya pasar ataupun pelanggan. Media sosial seperti facebook, twitter, instagram, dan youtube memiliki sejumlah manfaat sendiri bagi para pelaku usaha dibandingkan dengan menggunakan media konvensional sebagai media promosi. Berikut adalah peran dan fungsi yang akan membandingkan antara media sosial dengan media konvensional yaitu sebagai berikut:
Lebih Sederhana
Tentu saja jika dilihat media sosial sangatlah sederhana dibandingkan media konvensional radio maupun televisi. Dalam melakukan promosi kita bisa dengan sangat mudah menggunakan media sosial kita di manapun kita berada kita tetap bisa mempromosikan barang kita dengan sangat sederhana yaitu bisa dilakukan melalui aplikasi yang ada di handphone, sementara jika media sosial kita harus melakukan kordinasi dulu ke kantor pemasaran dan memakan waktu yang lama karena ada proses yang panjang yang harus dilewati jika ingin melakukan promosi.
Membangun Hubungan
Media sosial dapat memungkinkan kita berinteraksi secara cepat dengan konsumen kita. Pada media ini kita bisa mendapatkan feedback langsung dari konsumen sehingga jika ada kesalahan dalam produk kita bisa dengan cepat memperbaikinya, hal ini sangat berbeda dengan media konvensional yang hanya melakukan komunikasi satu arah saja.
Jangkauan Global
Media konvensional memang dapat menjangkau secara global dan cepat, akan tetapi tentunya hal ini membuat biaya yang dikeluarkan untuk promosi pastilah mahal agar dapat mengjangkau secara luas dengan bekerjasama dengan berbagai media konvensional seperti Media televisi yang tidak cukup hanya satu media televisi jika ingin mengjangkau secara global, hal ini justru berbeda dengan media sosial.
Media sosial dapat menjangkau lebih luas lagi dari yang bisa dilakukan oleh media konvensional. Selain itu media ini juga dapat mengkomunikasikan hal apapun hanya dalam waktu sekejap. Dalam waktu sekejap saja ketika anda mulai menyebrkan informasi maka disaat itu pula mereka dapat menerima pesan anda bagaimanapun kondisi geografis mereka.
HALAMAN 



Senin, 26 Agustus 2019

Barang menurut kegunaanya ekonomi kelas X tgl 26 agustus 2019

Apa saja macam-macam Jenis barang menurut kegunaannya dan Jenis barang menurut proses produksinya?


Jenis-jenis Barang
Selain menurut wujudnya, alat pemuas kebutuhan dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis. Jenis-jenis alat pemuas kebutuhan tersebut, antara lain sebagai berikut.
a. Jenis barang menurut cara memperolehnya
Pemuas kebutuhan dapat dibedakan menurut besarnya pengorbanan yang kita lakukan untuk memperolehnya.

1. Barang ekonomi
Barang ekonomi adalah barang pemuas kebutuhan yang untuk memperolehnya memerlukan sejumlah pengorbanan tertentu yang biasanya berupa uang. Misalnya, untuk memperoleh makanan kita harus mengeluarkan sejumlah uang. Uang tersebut adalah sebuah pengorbanan.

2. Barang bebas
Barang bebas adalah barang pemuas kebutuhan yang tersedia hampir tidak terbatas sehingga untuk memperolehnya kita tidak membutuhkan pengorbanan dan dapat mengambilnya begitu saja di alam. Misalnya, udara untuk bernapas, pasir di padang pasir,dan es di kutub
Barang jadi berupa pakaian
yang sudah siap dipasarkan
3. Barang illith
Barang illith adalah barang yang dibutuhkan tapi jika barang ini melebihi dari yang dibutuhkan justru akan merugikan dan berbahaya. Misalnya, air dan api.

b. Jenis barang menurut kegunaannya
Menurut kegunaannya, barang atau alat pemuas kebutuhan dapat digolongkan menjadi dua.
1. Barang konsumsi
Barang konsumsi adalah barang siap pakai karena manfaatnya langsung dapat diambil. Misalnya, makanan, minuman, dan pakaian.

2. Barang produksi
Barang produksi adalah barang yang berguna untuk menghasilkan barang yang lain. Barang produksi merupakan istilah lain dari barang modal. Misalnya, mesin jahit dan radio.''


c. Jenis barang menurut proses produksinya
Menurut proses produksinya, barang dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Barang mentah (bahan baku)
Barang mentah adalah bahan dasar untuk membuat barang lain.Barang ini sama sekali belum mengalami proses pengolahan. Misalnya, kapas, kayu, dan hasil tambang.

2. Barang setengah jadi
Barang setengah jadi adalah barang yang telah melalui proses pengolahan, tetapi belum dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan karena belum menjadi produk akhir. Misalnya, kain untuk membuat pakaian, besi untuk untuk membuat pisau, dan terigu untuk membuat kue.


3. Barang jadi
Barang jadi merupakan produk akhir yang telah melalui proses pengolahan dari bahan baku menjadi bahan setengah jadi sampai menjadi barang yang siap pakai untuk memenuhi kebutuhan manusia.
d. Jenis barang menurut hubungannya dengan barang lain
Setiap barang pemuas kebutuhan mempunyai hubungan dengan  barang lainnya sesuai dengan fungsi dan peranannya, yaitu sebagaiberikut.

a. Barang substitusi
Barang substitusi adalah barang pemuas kebutuhan yang fungsinya dapat menggantikan barang lain atau dapat saling menggantikan. Contohnya, gas dapat menggantikan minyak tanah sebagai bahan bakar.

b. Barang komplementer
Barang komplementer adalah barang pemuas kebutuhan yang akan bermanfaat apabila dipakai bersama-sama dengan benda yang lain. Misalnya, mobil dengan bensin, jarum dengan benang, dan kompor dengan minyak tanah.

Wawancara tempat usaha kelas XII tgl 26 agustus 2019


Kamis, 22 Agustus 2019

Materi kelas XII Perhitungan harga Penjualan tgl 22 agustus 2019

Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan dan Bedanya dengan Harga Jual

Sebagai pebisnis pemula, Rudi tak mengerti mengapa ia terus menerus mengalami kerugian dalam sejak pertama kali ia berdagang. Meskipun kemudian ada keuntungan, untung yang ia dapatkan sangat tipis sehingga tak sesuai dengan margin yang ia harapkan. Padahal menurutnya, ia sudah mengambil margin keuntungan cukup besar bila ditilik dari modal yang ia keluarkan. Namun mengapa perhitungan keuntungan selalu meleset dari yang ia harapkan?
Lalu apa yang salah? Apakah Rudi melakukan salah kelola terhadap bisnis dagangnya? Seorang rekan kemudian mencoba menganalisa apa yang keliru dari perhitungan Rudi dalam berdagang. Ternyata, setelah sang rekan menyelidiki dengan seksama, Rudi memang telah melakukan kekeliruan dalam menghitung Harga Pokok Penjualan atau HPP. Ketika rekan tersebut mengkonfirmasikan hal ini kepada Rudi yang masih pemula, ia kemudian berkata :

“Lho, bukankah Harga Pokok Penjualan tersebut sama dengan Harga Penjualan?”

Menentukan Harga Pokok Penjualan

Beberapa pebisnis pemula memang masih mengalami kerancuan antara Harga Pokok Penjualan dan Harga Penjualan. Harga Pokok Penjualan sendiri disebut juga dengan Cost of Goods Sold (COGS), yaitu perhitungan yang mengacu pada seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang dijual.

Untuk melihat berapa keuntungan secara akurat, seorang pebisnis harus memperhitungkan secara seksama berbagai biaya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, serta biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk menunjang bisnis tersebut. Dalam laporan laba rugi, HPP muncul pada laporan sebagai biaya.

Sebagai pemula, Rudi harus memahami bahwasanya Harga Pokok Penjualan tidak sama dengan Harga Penjualan. Mengapa demikian? Karena pada perhitungan HPP, untuk menentukan total harga Rudi harus memperhitungkan total biaya yang timbul dari kegiatan bisnis tersebut. Sedangkan pada harga jual, selain menentukan total harga, Rudi juga harus memperhitungkan jumlah dari barang yang akan ia jual.

Untuk memudahkan dalam memahami HPP, maka dapat dilihat pada contoh berikut :

Sebuah Perusahaan Kayu memiliki data

-Persediaan dagangan awal : Rp.15.000.000
-Pembelian : Rp.55.000.000
-Beban Angkut Pembelian Barang : Rp.1.500.000
-Retur Pembelian : Rp.2.500.000
-Potongan Pembelian : Rp.2.000.000
-Persediaan barang dagangan (akhir) : Rp.5.500.00

Perhitungan HPP

Pertama, kita hitung dahulu pembelian bersih yaitu :

(Rp.55.000.000 + Rp1.500.000 (beban angkut)) – (Rp.2.500.000 (retur pembelian) + Rp.2.000.000 (Potongan pembelian))
= Rp. 56.500.000 – Rp.4.500.000
= Rp.52.000.000

Kedua kita hitung barang yang tersedia untuk dijual, yaitu :

Rp.52.000.000 (pembelian bersih) + Rp.15.000.000 (persediaan dagangan awal)
= Rp.67.000.000

Ketiga kita hitung Harga Pokok Penjualan menjadi

Rp.67.000.000 – Rp.5.500.000 (persediaan barang dagangan akhir) = Rp.61.500.000

Menentukan Harga Jual

Harga jual adalah besaran harga yang dibebankan kepada konsumen. Ada dua cara untuk menentukan harga jual, yaitu :

1. Cost-plus pricing method

Yaitu menentukan harga jual per unit produk dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk margin. Margin keuntungan biasanya berupa persentase. Misalnya jika Rudi menghendaki keuntungan sebesar 10% atau 15%, maka Rudi harus menambahkan margin ke dalam perhitungan, yang diambil dari total biaya yang telah dikeluarkan.

Rumus :

Biaya total + margin = Harga Jual

Contoh :

Rudi mendapatkan order sebanyak 100 buah pesanan gelang kayu. Biaya yang Rudi keluarkan untuk memproduksi gelang tersebut adalah sebesar Rp. 3.000.000.

Rudi menentukan bahwa ia menginginkan keuntungan dengan margin sebesar 10%, maka perhitungan menjadi :

Rp.3.000.000 x Rp.10% = Rp.300.000

Harga jual = Rp.300.000 / 100 = Rp.3000

Sehingga untuk mendapatkan margin keuntungan sebesar 10%, maka Rudi harus menjual gelang kayu tersebut kepada konsumen dengan harga tiga ribu rupiah.

2. Penetapan Harga Mark Up

Yaitu menentukan harga jual per unit produk dengan menentukan kelebihan harga dari harga dasar tiap produk untuk mendapatkan keuntungan. Seperti namanya, penetapan harga mark up adalah berupa nominal. Misalnya jika Rudi ingin mendapatkan keuntungan sebesar Rp.50.000 per item produk yang dijualnya, maka ia tinggal menambahkan harga mark up tersebut di akhir ketika sudah diketahui harga dasarnya.


Rabu, 21 Agustus 2019

Materi kelas XII tentang perhitungan hatga pokok penjualan tgl 21 agustus 2019

Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan dan Bedanya dengan Harga Jual

Sebagai pebisnis pemula, Rudi tak mengerti mengapa ia terus menerus mengalami kerugian dalam sejak pertama kali ia berdagang. Meskipun kemudian ada keuntungan, untung yang ia dapatkan sangat tipis sehingga tak sesuai dengan margin yang ia harapkan. Padahal menurutnya, ia sudah mengambil margin keuntungan cukup besar bila ditilik dari modal yang ia keluarkan. Namun mengapa perhitungan keuntungan selalu meleset dari yang ia harapkan?
Lalu apa yang salah? Apakah Rudi melakukan salah kelola terhadap bisnis dagangnya? Seorang rekan kemudian mencoba menganalisa apa yang keliru dari perhitungan Rudi dalam berdagang. Ternyata, setelah sang rekan menyelidiki dengan seksama, Rudi memang telah melakukan kekeliruan dalam menghitung Harga Pokok Penjualan atau HPP. Ketika rekan tersebut mengkonfirmasikan hal ini kepada Rudi yang masih pemula, ia kemudian berkata :

“Lho, bukankah Harga Pokok Penjualan tersebut sama dengan Harga Penjualan?”

Menentukan Harga Pokok Penjualan

Beberapa pebisnis pemula memang masih mengalami kerancuan antara Harga Pokok Penjualan dan Harga Penjualan. Harga Pokok Penjualan sendiri disebut juga dengan Cost of Goods Sold (COGS), yaitu perhitungan yang mengacu pada seluruh biaya langsung yang dikeluarkan untuk memperoleh barang atau jasa yang dijual.

Untuk melihat berapa keuntungan secara akurat, seorang pebisnis harus memperhitungkan secara seksama berbagai biaya seperti biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, serta biaya-biaya lainnya yang dikeluarkan untuk menunjang bisnis tersebut. Dalam laporan laba rugi, HPP muncul pada laporan sebagai biaya.

Sebagai pemula, Rudi harus memahami bahwasanya Harga Pokok Penjualan tidak sama dengan Harga Penjualan. Mengapa demikian? Karena pada perhitungan HPP, untuk menentukan total harga Rudi harus memperhitungkan total biaya yang timbul dari kegiatan bisnis tersebut. Sedangkan pada harga jual, selain menentukan total harga, Rudi juga harus memperhitungkan jumlah dari barang yang akan ia jual.

Untuk memudahkan dalam memahami HPP, maka dapat dilihat pada contoh berikut :

Sebuah Perusahaan Kayu memiliki data

-Persediaan dagangan awal : Rp.15.000.000
-Pembelian : Rp.55.000.000
-Beban Angkut Pembelian Barang : Rp.1.500.000
-Retur Pembelian : Rp.2.500.000
-Potongan Pembelian : Rp.2.000.000
-Persediaan barang dagangan (akhir) : Rp.5.500.00

Perhitungan HPP

Pertama, kita hitung dahulu pembelian bersih yaitu :

(Rp.55.000.000 + Rp1.500.000 (beban angkut)) – (Rp.2.500.000 (retur pembelian) + Rp.2.000.000 (Potongan pembelian))
= Rp. 56.500.000 – Rp.4.500.000
= Rp.52.000.000

Kedua kita hitung barang yang tersedia untuk dijual, yaitu :

Rp.52.000.000 (pembelian bersih) + Rp.15.000.000 (persediaan dagangan awal)
= Rp.67.000.000

Ketiga kita hitung Harga Pokok Penjualan menjadi

Rp.67.000.000 – Rp.5.500.000 (persediaan barang dagangan akhir) = Rp.61.500.000

Menentukan Harga Jual

Harga jual adalah besaran harga yang dibebankan kepada konsumen. Ada dua cara untuk menentukan harga jual, yaitu :

1. Cost-plus pricing method

Yaitu menentukan harga jual per unit produk dengan menghitung jumlah seluruh biaya per unit ditambah jumlah tertentu untuk mendapatkan keuntungan dalam bentuk margin. Margin keuntungan biasanya berupa persentase. Misalnya jika Rudi menghendaki keuntungan sebesar 10% atau 15%, maka Rudi harus menambahkan margin ke dalam perhitungan, yang diambil dari total biaya yang telah dikeluarkan.

Rumus :

Biaya total + margin = Harga Jual

Contoh :

Rudi mendapatkan order sebanyak 100 buah pesanan gelang kayu. Biaya yang Rudi keluarkan untuk memproduksi gelang tersebut adalah sebesar Rp. 3.000.000.

Rudi menentukan bahwa ia menginginkan keuntungan dengan margin sebesar 10%, maka perhitungan menjadi :

Rp.3.000.000 x Rp.10% = Rp.300.000

Harga jual = Rp.300.000 / 100 = Rp.3000

Sehingga untuk mendapatkan margin keuntungan sebesar 10%, maka Rudi harus menjual gelang kayu tersebut kepada konsumen dengan harga tiga ribu rupiah.

2. Penetapan Harga Mark Up

Yaitu menentukan harga jual per unit produk dengan menentukan kelebihan harga dari harga dasar tiap produk untuk mendapatkan keuntungan. Seperti namanya, penetapan harga mark up adalah berupa nominal. Misalnya jika Rudi ingin mendapatkan keuntungan sebesar Rp.50.000 per item produk yang dijualnya, maka ia tinggal menambahkan harga mark up tersebut di akhir ketika sudah diketahui harga dasarnya.


Selasa, 20 Agustus 2019

Kelas XII tentang Harga pokok penjualan tgl 20 agustus 2019

Pengertian Harga Pokok Penjualan (HPP) dan Cara Menghitung HPP 

Harga Pokok Penjualan (HPP) atau dalam bahasa Inggris disebut dengan Cost of Goods Sold (COGS) adalah perhitungan manajerial yang mengukur biaya langsung yang dikeluarkan dalam meproduksi produk yang dijual selama suatu periode. Dengan kata lain, Harga Pokok Penjualan atau HPP adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk tenaga kerja, bahan dan overhead dalam proses pembuatan produk atau jasa yang dijual ke pelanggan sepanjang suatu periode.

Berikut ini kita akan membahas tentang Harga pokok Penjualan atau HPP untuk perusahaan dagang. Dan kita mencoba menyelesaikan soal dari perusahaan mitra mart yang mana dalam soal tersebut kita di minta untuk melakukan penyelesaian perhitungan Harga Pokok Penjualan.
Silahkan kihat artikelnya di Contoh Soal Perusahaan Dagang yang mana dalam artikel tersebut ada soal tetang hitunglah harga pokok Penjualan dari mitra mart (Point 3).
Berdasarkan siklus akuntansi yang kita telah peroleh dari perusahaan Pak Jono (Mitra Mart) kita telah memperoleh neraca lajur yang sudah bisa dijadikan dasar perhitungan harga pokok penjualan. Tetapi sebelumnya silahkan baca artikel Harga Pokok Penjualan (HPP) untuk melihat formatnya.
Dari transaksi pak jono kita melihat bahwa hal-hal yang mempengaruhi Laporan HPP adalah :
  1. Penjualan
  2. Return Penjualan
  3. Potongan Penjualan
  4. Pembelian
  5. Rerturn Pembelian
  6. Potongan Pembelian
  7. Ongkos Angkut Pembelian
  8. Persediaan Awal
  9. Persediaan Akhir
Ada beberapa perkiraan yang tidak ada dalam Usaha Dagang Milik Pak Jono tersebut. Sehingga gambaran dari laporan perusahaan Mitra Mart milik pakjono adalah sebagai berikut :
Contoh Laporan Harga Pokok Penjualan Atau HPP Perusahaan Dagang

Riset tempat usaha kls XII selasa tgl 20 agustus 2019



Senin, 19 Agustus 2019

Materi kelas X tentang barang pemenuhan kebutuhan tgl 19 agustus 2019

Barang sebagai Alat Pemenuhan Kebutuhan Manusia - Beragamnya kebutuhan manusia mendorong manusia untuk menciptakan bermacam-macam alat pemenuhan kebutuhan yang terdiri atas barang dan jasa.

Alat-alat pemenuhan kebutuhan manusia berupa barang dapat digolongkan sebagai berikut.

a. Dari Segi Cara Memperoleh

1) Barang Ekonomi
Ketika membutuhkan pakaian, kita harus membelinya di toko atau menjahitkan kepada penjahit. Ini artinya kita telah mengeluarkan pengorbanan berupa uang. Barang yang diperoleh dengan pengorbanan disebut barang ekonomi. Mengapa untuk memperoleh barang ekonomi diperlukan pengorbanan? Ya, karena jumlahnya relatif sedikit dibanding kebutuhan masyarakat. 

Barang ekonomi dapat dikelompokkan lagi menjadi:
a) barang ekonomi yang berwujud, misalnya buku, pakaian, sepatu dan meja,
b) barang ekonomi tidak berwujud, misalnya jasa guru (pendidikan), dokter (kesehatan), dan satpam (keamanan).

Barang Ekonomi
2) Barang Bebas
Barang bebas merupakan barang yang tersedia dalam jumlah berlimpah melebihi jumlah yang dibutuhkan masyarakat, sehingga bisa didapatkan tanpa pengorbanan. Misalnya sinar matahari, udara, dan angin. Namun, semua tergantung tempat dan waktu. Sinar matahari bisa menjadi barang ekonomi bagi turis-turis yang bersedia membayar untuk dapat berjemur di pantai-pantai daerah tropis.

3) Barang Illith
Barang illith adalah barang yang jika jumlahnya berlebihan akan merugikan bahkan membahayakan kehidupan manusia. Misalnya api dan air. Kita membutuhkan air untuk berbagai keperluan seperti minum, mencuci, memasak, dan sebagainya. Kita juga membutuhkan api untuk memasak dan penerangan. Namun, jika api dan air yang tersedia melebihi jumlah yang dibutuhkan, maka akan menimbulkan kebakaran dan banjir ini artinya, barang illith yang melebihi jumlah yang dibutuhkan justru merugikan manusia. Oleh karena itu, barang illith harus dimanfaatkan atau digunakan sesuai kebutuhan secara efisien.

b. Dari Segi Cara Penggunaan

1) Barang Konsumsi
Barang konsumsi adalah barang yang dapat langsung digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang konsumsi sering disebut dengan barang jadi atau barang akhir.
Barang konsumsi ini terdiri atas:
a) Barang konsumsi tidak tahan lama, misalnya sayur-mayur.
b) Barang konsumsi tahan lama, misalnya pakaian. Pakaian dapat digunakan lebih dari satu kali.

2) Barang Produksi
Barang produksi adalah barang yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara tidak langsung. Barang produksi digunakan dalam proses produksi lanjutan untuk menghasilkan barang konsumsi atau barang modal lainnya.

Barang produksi ini terdiri atas:
a) barang produksi tidak tahan lama (habis dalam satu kali proses produksi), misalnya bahan mentah dan bahan baku produksi,
b) barang produksi tahan lama, misalnya cangkul, mesin, dan gedung.

c. Dari Segi Hubungan dengan Barang Lain

1) Barang Substitusi
Barang substitusi adalah barang yang dapat dipakai untuk menggantikan fungsi barang lainnya. Barang substitusi disebut juga barang pengganti. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat, singkong dapat menggantikan beras. Untuk memenuhi kebutuhan protein, tahu dan tempe dapat menggantikan daging.

2) Barang Komplementer
Barang komplementer adalah barang yang penggunaannya harus dilengkapi dengan barang lainnya. Barang komplementer disebut juga barang pelengkap. Misalnya, mobil dengan bensin, pulpen dengan tinta, dan kopi dengan gula.

d. Dari Segi Proses Pembuatannya

1) Bahan Mentah
Bahan mentah adalah barang yang belum bisa digunakan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Misalnya bijih besi (bahan mentah pembuatan besi dan baja), getah karet (bahan mentah pembuatan ban), dan tanah sawah (bahan pembuat batu bata). Barang mentah ini harus diolah agar memiliki kegunaan bentuk, kegunaan tempat, kegunaan waktu atau kegunaan kepemilikan. Contoh kegunaan bentuk adalah kayu sebagai bahan mentah diubah menjadi meja atau kursi. Contoh kegunaan tempat adalah pasir di sungai dipindahkan ke proyek pembangunan sebagai bahan bangunan. Anda dapat menemukan sendiri contoh kegunaan waktu dan kegunaan kepemilikan.

2) Barang Setengah Jadi
Barang setengah jadi bisa digunakan sebagai barang konsumsi akhir maupun sebagai bahan baku produksi. Misalnya benang (untuk menjahit dan sebagai bahan baku tekstil) serta kertas (sebagai bahan baku buku).

3) Barang Jadi
Barang jadi adalah barang yang siap untuk dikonsumsi langsung. Barang jadi disebut pula barang akhir. Misalnya pakaian dan sepatu

Materi kelas XII langkah perencanaan usaha hari senin tgl 19 agustus 2019

Langkah-langkah Perencanaan Usaha


Hai Teman-teman. Terdapat 5 langkah dalam perencanaan usaha yakni analisis pasar, mencari informasi harga sarana produksi, menghitung biaya produksi, menghidung pendapatan, dan menghiung hasil usaha. Berikut ulasannya:
1. Analisis pasar
Analisis pasar adalah suatu penganalisasisan atau penyelenggaran untuk mempelajari berbagai masalah pasar. Analisis pasar dilakukan setelah produk sudah ditentukan, dan menejemen sudah siapkan , maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengadakan analisa pasar. Maksudnya agar ketika produk peternakan yang kita usahakan sudah berproduksi dengan baik dan manajemen yang dilakukan sudah benar maka kita tidak akan bingung mau di kemanakan produk yang telah kita buat.
Keberhasilan usaha perusahaan dapat ditentukan oleh ketepatan strategi pemasaran yang di terapkannya dengan dasar memeperhatikan situasi dan kondisi dari analisis pasarnya. Dengan melakukan analisis pasar maka dapat diketahui berapa kebutuhan telur, suplier telur pada saat ini, harga telur maupun tata niaga telur. Besarnya pasar dapat di tentukan oleh besarnya permintaan dan penawaran terhadap barang atau jasa yang di butuhkan para konsumen. Sedangkan mengenai ruang lingkup pasar, biasanya mencakup luasnya pasar, misalnya luas pasar menurut geografis, pendidikan para konsumen, profesi para konsumen, tingkat umur para konsumen, dan lain sebagainya. Dengan melakukan analisis pasar maka dapat diktahui.

2. Mencari informasi harga sarana produksi
Informasi harga yang utama harus diketahui oleh seorang pengusaha agribisnis unggas petelur adalah harga : kandang, pakan, pullet, obat, vitamin, peralatan dll

3. Menghitung biaya produksi
Biaya produksi dapat dibedakan dua yaitu biaya investasi atau biaya tetap dan biaya variabel atau biaya tidak tetap
  • Biaya investasi adalah biaya yang pada umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan proyek dalam jumlah yang cukup besar. Biaya investasi atau biaya tetap (Fix cost) adalah biaya untuk investasi yang tidak habis pakai. Komponen biaya tetap terdiri dari tanah, bangunan yang terdiri atas kandang, gudang pakan dan gudang peralatan serta peralatan (tempat pakan doc, tempat pakan, tempat minum, pemanas, tabung, selang gas, drum plastik, hand sprayer /semprotan gendong , ember plastik, timbangan salter, timbangan duduk, sekop, kereta dorong , sumur air, pompa air, tower air, jaringan air dan jalan.
  • Menghitung biaya variabel/ tidak tetap:Biaya tidak tetap atau sering disebut variable cost merupakan biaya yang habis pakai dan bisa berubah-ubah tergantung jumlah ayam. Komponen biaya tidak tetap terdiri dari pakan starter, pakan grower dan pakan layer, vaksin, obat-obatan, vitamin, doc, desinfektan, sekam, gas LPG, listrik, tenaga kerja , air minum dan pemasaran.

4.Menghitung pendapatan
Pendapatan dari usaha budidaya unggas petelur adalah telur, unggas afkir yaitu baik unggas-unggas yang tidak produktif dari hasil culling pada periode produksi maupun unggas culling karena masa produksinya sudah berakhir serta kotoran (pupuk kandang). Jadi jumlah pendapatan adalah pendapatan dari total dari jumlah telur yang diproduksi ditambah pendapatan dari penjualan unggas afkir dan penjualan pupuk kandang.  

5. Menghitung hasil usaha
Hasil usaha dapat dihitung setelah diketahui total dari pendapatan dan biaya. Suatu usaha dikatakan untung apabila pendapatan lebih besar daripada biaya produksi.

Latihan soal PAS Kewirausahaan kelas XI

  Asalamu'alaikum anak2 ku kelas XI minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir batin ya anak2ku, ✨ Semangat kembali mengikuti Pembelajaran...